PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9)

PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9) - Sedulor Klenik, dunia supranatural atau orang biasa menyebutnya sebuah mitos, klenik,mistik bahkan berbau goib dan menyan tidak terlepas dengan adanyan PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9). Disadari atau tidak masayarakat sering kali malu-malu untuk menyakininya bahkan ada yang menolak akan keberadaannya. Dan tidak sedikit pula yang menyetujui atau bahkan menjadikan suatu hal yang wajar untuk hal seperti itu. Dan disisi lain dari itu ada pula yang cuma mengaitkanya dengan yang bernama budaya atau tradisi semata tanpa adanya hal yang mendasar dari pada sumber yang berkaitan dengan PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9). Dan percaya atau tidak masyarakatpun baru-baru ini acuh tak acuh dengan hal itu. Terlepas dari itu semua mari kita meandangnya sebuah hal keniscayaan yang ada dan sebagai khasanah budaya local yang patutu untuk kita hormati.

Klenik dan PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9) memang asik untuk diperbincangkan dan terkadang membuat kita sendiri penasaran akan hal itu.Menurut wikipedia.org --Klenik (di dalam bahasa Jawa) adalah sesuatu yang tersembunyi atau hal yang dirahasiakan untuk umum. Klenik identik dengan hal-hal mistis yang cenderung berkonotasi negatif. Kamus besar bahasa Indonesia dalam versi daring[1] menempatkan klenik sebagai sebuah aktivitas perdukunan. Klenik juga dikaitkan dengan banyak hal yang tidak dapat dicerna dengan akal namun dipercaya oleh banyak orang. Dalam kultur Jawa ada ilmu yang disebut ilmu tua. Yaitu, ilmu yang diajarkan kepada mereka yang sudah matang dalam kesadarannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak disalahgunakan, atau disalahartikan. Ilmu yang demikian ini adalah klenik.

Ilmu Klenik adalah Pengetahuan yang menjelaskan hal-hal yang gaib. Hal-hal yang bersifat tersembunyi. Wilayah misteri. Salah satu ilmu atau pengetahuan yang ada diwilayah klenik adalah agama. Banyak hal dalam agama yang tidak dapat diuji kebenarannya (diverifikasi). Kebenarannya hanya bisa dimengerti oleh mereka yang menempuh ilmu makrifat. Bagi orang awam kebenaran agama cukup diyakini. Ini klenik namanya! Namun jangan salah terima, ini tidak berarti agama menyesatkan orang. Tidak demikian. Hal-hal yang bersifat klenik pun dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia. Bukan untuk mendorong manusia ke dunia gelap. Banyak orang yang salah anggapan. Klenik disamakan dengan upaya mengarang agar cocok hasilnya. Orang yang menganggap klenik sebagai othak-athik mathuk, maka ia dapat disamakan dengan Marx yang menganggap agama sebagai candu. Sungguh naif apabila kita tidak memahami suatu ilmu, lalu ilmu itu kita golongkan ke dalam tahayul atau klenik yang selama ini dipahami oleh banyak orang, yaitu othak-athik mathuk.

Klenik sering dikaitkan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia ghaib, paranormal, dukun, mahluk halus, jimat, jin, siluman dan sejenisnya. Jika kita bicara klenik maka yang dipikirkan adalah hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan mata dan dianggap mempunyai hubungan langsung dengan manusia. Heboh di dunia klenik dan kaitannya dengan politisi dimulai ketika Akademisi dan Sejarawan JJ Rizal menilai banyak politikus melakukan hal-hal berbau klenik untuk memperlancar karir politik, termasuk salah satu pelakunya adalah PPL. Tindakan PPL nyekar ke makam Pangeran Jayakarta sebelum naik menjadi Gubernur adalah salah satu bagian dari aktivitas klenik yang dilakukan. Wasekjen PDIP DMP Kristianto menegaskan aktivitas nyekar ke makam Pangeran Jayakarta sebelum PPL naik jadi Gubernur tak bisa diartikan sebagai klenik. Dia menilai nyekar ke sebuah makam itu merupakan hal yang biasa di Indonesia."Nyekar itu bukan bagian dari klenik, nyekar itu bagian dari budaya," kata DMP saat berbincang dengan detikcom, Kamis (14/11/2013).Pada dasarnya nyekar ke makam merupakan satu dari sekian tradisi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa. "Kalau nyekar makam itu disebut klenik, berarti misalnya presiden nyekar ke makam pahlawan juga disebut klenik," ujarnya.

DMP mengingatkan, dalam memberikan penilaian terhadap klenik harus diperjelas seperti apa konteksnya. Dia tak setuju jika kegiatan nyekar disebut sebagai salah satu aktivitas berbau klenik."Tolong diperjelas dulu definisi klenik yang dimaksud itu seperti apa," jelas DMP. Bagi para akademisi, yang selalu menggunakan pola pemikiran ilmiah maka klenik dianggap musrik dan sudah tidak jamannya dipakai pada jaman sekarang ini. Boleh dibilang mereka membuat pernyataan ngawur begitu karena itu memang bukan ranah dan wilayah kekuasaan keilmuan mereka. Sama saja orang ekonomi bicara ilmu tehnik, orang tehnik bicara ekonomi makro. Tidak nyambung, mungkin bisa jadi sangat tidak pas. Ibarat bicara matematika geometri kepada orang buta huruf, bicara rumus integral kepada anak playgroup, bukan pada tempatnya. Hal yang sama, ketika para pelaku spiritual, klenikus memberikan tanggapan, mereka tidak dapat menjelaskan gambaran secara utuh hubungan antara dunia nyata dan dunia ghaib, dua dunia dalam satu kesatuan. Karena berbicara dengan para akademisi artinya berbicara menggunakan pemikiran ilmiah dan intelektual, dan lagi-lagi, biasanya ini menjadi tidak nyambung, karena memang bukan ranah dan wilayahnya. Akhirnya dua dunia ini hidup sendiri-sendiri.

Saya akan jelaskan secara utuh kaitan dunia nyata dan kaitannya dengan dunia ghaib, dunia klenik. Sebenarnya dua bagian ini berhubungan langsung satu dengan yang lain. Alam semesta terdiri dari dua dunia, dunia nyata dan dunia tidak nyata. Dunia nyata adalah dunia yang dapat dilihat dengan indra penglihatan secara langsung, sedangkan dunia tidak nyata adalah dunia yang tidak dapat dilihat secara langsung menggunakan indra penglihatan secara langsung. Dunia tidak nyata ini sering disebut dengan dunia ghaib, klenik, perdukunan.

Dapat sedikit memberikan inspirasi berata pentingnya untuk memperdalam ilmu Agama baik itu Tauhid maupun syariat sebagai bekal pondasi untuk mencapai tinggat ketaqwaan dan derajat yang tinggi.Sehinga semoga melalui ulasan PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9), Kita dapat memmetik pelajaran yang terkandung didalamnya dan mampu mengamalkanya.Dengan PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9) kita bisa ambil yang baiknya saja


SERIAL PENJELASAN TERKAIT PERMASALAHAN 'AIN DAN HASAD


Pembahasan ke 9

TATA CARA TERAPI 'AIN DAN HASAD

1. Mandi bagi pelempar 'ain dan tata cara mandi serta bagian-bagian yang dibasuh :
a. Membasuh wajah pelempar 'ain
b. Membasuh kedua tangan hingga siku
c. membasuh kedua lututnya
d. Membasuh bagian dalam sarung atau pakaiannya
e. Menyiramkan air dengan tiba-tiba kepada orang yang terkena 'ain dari belakang tubuhnya dan dia juga mandi dengan air itu.

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dia berkata bahwa 'Amir bin Rabi'ah berjalan melewati Sahl bin Hunaif yang sedang mandi. lalu 'Amir berkata: "Aku tidak pernah melihat pemandangan yang seperti ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan bagus ini." Tidak lama kemudian Sahl jatuh pingsan. Dibawalah Sahl ke hadapan Rasulullah, lalu dikatakan kepada Rasulullah, tolong sadarkan Sahl yang jatuh terbanting pingsan. Rasulullah bertanya, menurut kalian, siapa yang kalian duga kuat sebagai penyebab pingsannya ? Mereka menjawab, 'Amir bin Rabi'ah. Rasulullah berkata kembali, mengapa salah seorang diantara kalian hendak membunuh saudaranya ?! Jika salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan yang ada pada saudaranya, maka hendaklah dia mendoakan keberkahan untuknya. Kemudian Rasulullah meminta air. Beliau perintahkan 'Amir agar berwudhu dengan air itu. 'Amir pun membasuh wajah, dua tangan hingga ke siku, kedua lututnya, dan bagian dalam sarungnya, kemudian air bekas wudhu itu pun dituangkan kepada Sahl. (Shahihul Jami' : 556).

2. Dengan Ruqyah Syar'iyah

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'Anhu dia berkata, Rasulullah berkata: Beliau (Rasulullah) bertanya kepada Asma' binti 'Umais, Saya melihat tubuh anak-anak saudara itu kurus-kurus. Apakah mereka tertimpa kelaparan ? Asma' menjawab, tidak wahai Rasulullah, tetapi mereka terkena 'ain. Lalu Rasulullah berkata, kalau begitu ruqyahlah mereka. Asma' berkata lagi, aku tunjukkan kepada beliau (ruqyahku) beliau berkata kepada kami, ruqyahlah mereka oleh kamu." (HR Muslim pada shahih Muslim, Kitab Assalam: 2198)

3. Wudhu

Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha beliau berkata: "Orang yang melakukan 'ain diperintahkan agar berwudhu, kemudian orang yang terkena 'ain mandi dari air (bekas wudhu tadi)." (As-Silsilah ash-Shahihah: 61/6)

Muhammad bin Muflih memberikan komentar terhadap hadits di atas : cara yang disebut dalam hadits itu termasuk pengobatan syar'i yang diterima di kalangan ahli imam. Sebagian dari mereka memperbincangkan hikmah cara berobat semacam itu. Telah diketahui pula di sana ada hal-hal khusus yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sehingga cara pengobatan semacam itu tidak boleh ditolak dan ditentang. Cara pengobatan semacam itu tidak terlalu bermanfaat kecuali bagi orang yang telah menerimanya dengan yakin, tanpa disertai keraguan dan hanya coba-coba. (Al-Adab Asy-Syar'iyyah: 58/3)

Imam Malik juga meriwayatkan dari Muhammad bin Abu Umamah bin Sahl, dari bapaknya, hadits tentang mandi yang telah disebutkan sebelumnya. Imam Malik berkata, "Sesungguhnya 'ain itu benar, jika kamu diminta berwudhu maka berwudhulah." (Shahih Ibnu Majah: 2828)

Imam Al-Qurthubi menerangkan: Di dalam hadits Abu Umamah, Rasulullah memerintahkan pelempar 'ain mandi untuk orang yang terkena 'ain. Di situ juga diperintahkan untuk ruqyah. Ulama kami mengatakan, "Ruqyah untuk orang yang terkena 'ain itu jika pelempar 'ain tidak diketahui. Adapun jika diketahui pelempar 'ainnya, maka diperintahkan untuk berwudhu, sesuai hadits Abu Umamah. Allahu a'lam." (Al-Jami' li Ahkamil Qur'an: 226/9)

4. Mendoakan Dengan Doa Keberkahan

Imam An Nawawi berkata: Disunahkan bagi pelempar 'ain mendoakan keberkahan untuk orang yang terkena 'ain, kalimat doa nya bisa berupa, "Allahumma baarik fiihi walaa tadhurruhu" atau boleh juga mengucapkan "Maa syaa Allah Laa quwwata illa billah". (Roudhotu Ath Thalibin: 200/7)

Ibnul Qayyim berkata: Apabila pemilik 'ain khawatir bahaya 'ainnya akan menimpa orang lain, maka hendaklah dia cegah dengan berdoa "Allahumma baarik 'alaih," sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah kepada 'Amir bin Rabi'ah ketika dia telah menimpakan 'ain kepada Sahl bin Hunaif, "Mengapa tidak engkau doakan keberkahan untuknya ?", maksudnya, kamu mestinya mengucapkan "Allahumma baarik 'alaihi". (Zaadul Ma'ad: 170/4)

Imam Addamiri berkata, Dianjurkan bagi pemilik 'ain untuk mendoakan keberkahan bagi orang yang terkena 'ain. Ucapan doanya bisa dengan kalimat "Allahumma baarik fiihi walaa tadhurruhu". (Hayatul Hayawan al-kubra: 255/1)

Syaikh Abdullah al-Jibrin menjelaskan doa untuk keberkahan: Adapun mendoakan keberkahan (tabrik) itu terdapat beberapa hadits yang meriwayatkan tentang hal itu dengan kalimat "Mengapa engkau tidak doakan keberkahan untuknya ?" Siapa saja yang takut menimpakan sesuatu maka hendaklah dia mengingat Allah Azza Wa Jalla dan mendoakan keberkahan sehingga dia tidak menimpakan 'ain. Tidak ada keraguan lagi bahwa mengingat Allah adalah sebab keberkahan dan banyak mendapat kebaikan, hilangnya siksaan dan tergapainya banyak kenikmatan. (Al-Manhalul Ma'in Fii Itsbati Haqiqatil Hasadi wal 'ain: 196)

5. Takbir Tiga Kali

Diantara cara pengobatan yang bermanfaat untuk mengobati 'ain adalah dengan bertakbir tiga kali. Dengan izin Allah Azza Wa Jalla cara itu bisa menolak 'ain.

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi berkata: Di sebagian riwayat yang diriwayatkan oleh Imam malik, redaksinya berbunyi, "Mengapa engkau tidak bertakbir tiga kali ?"* maksudnya mengucapkan Allahu Akbar ( *الله اكبر*) tiga kali. Karena itu akan menolak 'ain dari pelempar 'ain.

Beliau juga mengatakan: Demikian pula bagi orang yang menduga kuat seseorang itu menimpa 'ain, maka hendaklah dia bertakbir tiga kali, ketika merasa khawatir terhadap pelempar 'ain. Karena Allah Ta'ala akan menolak 'ainnya dengan takbir tiga kali. Alhamdulillah. (Adhwaul Bayan: 650-653)

Syaikh 'Athiyah Muhammad Salim berkata: Ada yang berpendapat orang yang khawatir dirinya atau hartanya tertimpa 'ain orang lain, hendaklah dia mengucapkan pada dirinya sendiri "Maa syaa Allah Tabarakallah". Dia ucapkan itu dengan suara keras sehingga bisa didengar oleh orang yang dia khawatirkan 'ainnya. Atau dia bisa juga bertakbir untuk dirinya dan hartanya. Ucapan takbir tiga kali, "Allahu Akabar, Allahu Akbar, Allahu Akbar". (Al-'ain wa Arruqyah wal Istisyfa Minal Qur'an wa as-Sunnah: 45)

6. Mengucapkan Kaimat "Maa syaa Allah Laa quwwata illa billah"

Demikian juga disunnahkan bagi siapa saja yang melihat sesuatu yang menakjubkan dari dirinya, hartanya, anaknya, dan lainnya untuk mengucapkan "Maa syaa Allah Laa quwwata illa billah".

Allah Azza Wa Jalla berfirman:

*وَلَوْلَاۤ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚ اِنْ تَرَنِ اَنَاۡ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَّوَلَدًا*

"Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan Masya Allah, la quwwata illa billah (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu."
(QS. Al-Kahf: 39)

Ibnu Katsir dan Al-Baghawi menjelaskan: Sebagian ulama salaf berkata: Siapa saja yang keadaan dirinya, hartanya atau anaknya membuat takjub dirinya, maka hendaklah dia mengucapkan "Maa syaa Allah Laa quwwata illa billah".

Hisyam bin 'Urwah meriwayatkan dari bapaknya, bahwasanya dia jika melihat sesuatu yang mengagumkan dirinya, atau dia memasuki salah satu dinding rumahnya dia mengatakan "Maa syaa Allah Laa quwwata illa billlah". (Tafsir Al Qur'anil 'Adzhim: 84/3, Syarhu Assunnah: 166/2)

Imam An Nawawi berkata: "Disunnahkan bagi pelempar 'ain untuk mendoakan keberkahan bagi yang tertimpa 'ain, mengucapkan kalimat "Allahumma baarik fihii wala tadhurru" atau bisa juga mengatakan "Maa syaa Allah Laa quwwata illa billah". (Roudhotu Ath Thalibin: 200/7)

Pernyataan dari Lajnah Daimah lil Buhuts Al-'Ilmiyyah wal Ifta': Terapi bagi pemilik 'ain adalah jika dia melihat sesuatu yang mengagumkan dirinya, maka hendaklah dia menyebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan mendoakan keberkahan dengan mengucapkan "Maa syaa Allah quwwata illa billah" dan mendoakan orang lainnya dengan doa keberkahan. (Fatawa Lajnah Daimah lil Buhuts Al 'Ilmiyyah wal Ifta', pertanyaan kedua dari Fatwa No 6366, 365/1, 366)

7. Meminta Perlindungan Kepada Allah Dari 'Ain

Disunnahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dari 'ain, sebagaimana keterangan yang terdapat dalam hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha beliau berkata, Rasulullah berkata: "Mintalah perlindungan kepada Allah dari 'ain, karena 'ain benar dan nyata". (Shahihul Jami' : 938)

Ibnul Qayyim menjelaskan : Oleh karena yang hasad itu lebih umum dari yang memiliki 'ain, maka meminta perlindungan dari orang yang hasad itu juga berarti minta perlindungan dari orang yang memiliki 'ain. 'Ain merupakan anak panah yang keluar dari jiwa orang yang hasad dan jiwa orang yang memiliki 'ain menuju orang yang didengki dan orang yang terkena 'ain, yang kadangkala tepat mengenai sasarannya dan kadangkala meleset. Jika anak panah itu kebetulan menemui sasaran dalam keadaan terbuka tidak ada perlindungan, maka dia akan berpengaruh, mau tidak mau jika anak panah itu kebetulan menemui sasaran dalam keadaan waspada dan siaga memegang senjata, maka tidak akan bisa ditembus anak panah, dan tidak akan berbalik menyerang pemiliknya. (Ath-Thibbun Nabawi: 166)

Imam An Nasafi di dalam tafsirnya menjelaskan tafsiran surat Al Falaq: "Karena sesungguhnya meminta perlindungan dari kejahatan dari makhluk yang telah Dia ciptakan adalah pemberitahuan bahwa keburukan mereka ini lebih kuat dan ditutup dengan hasad, agar dia mengetahui bahwa hasad itu paling buruk. (Tafsir An Nasafi: 430/4)

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin berkata: Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dari 'ain, dan mencakup dalam firman-Nya:

*وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ*

"dan dari kejahatan orang yang dengki (orang yang hasad) apabila dia dengki (hasad)."
(QS. Al-Falaq: 5)

Dengan meminta perlindungan dari keburukannya maka akan mendapatkan penjagaan dan perlindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. (Al-Manhal al-Ma'in: 208)

Syaikh 'Athiyyah Muhammad Salim berkata: Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya minta perlindungan dari keburukan apa yang telah Dia ciptakan secara umum. Kemudian dari kejahatan malam apabila telah gelap, dan dari kejahatan wanita-wanita yang meniup buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia mendengki. Semuanya itu merupakan hal-hal yang ghaib dari kita, dan tidak ada yang bisa memberi perlindungan dari semua kejahatan itu kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala. (Al-'ain wa Arruqyah wal Istisyfa' Minal Qur'an wa Assunnah:43)

Senantiasa Dzikir Dan Berdoa

Diantara sarana-sarana yang sangat bermanfaat untuk perlindungan dari 'ain, baik sebelum maupun sesudah terkena, membentengi diri dengan dzikir-dzikit dan doa-doa.

Ibnul Qayyim berkata: "Siapa saja yang membaca doa-doa dan perlindungan, maka dia akan mengetahui betapa besar manfaatnya, dan betapa dia sangat membutuhkannya. Dzikir dan doa itu menghalangi sampainya pengaruh 'ain pada orang yang membacanya. Bahkan 'ain itu telah sampai, dzikir dan doa akan menghalaunya sesuai kadar kekuatan iman orang yang membacanya, kekuatan jiwanya, kesiap-siagaannya, kekuatan tawakalnya, dan keteguhan hatinya. Karena dzikir dan doa itu senjata. Senjata itu tergantung yang menggunakannya. (Zaadul Ma'ad: 170/4)

Disunnahkan mendoakan orang yang terkena 'ain dengan doa "Allahumma adzhib 'anhu wa bardaha wa washobaha". Hal itu berdasarkan hadits dari Abdullah bin 'Amir beliau berkata : "Amir bin Rabi'ah dan Sahl bin Hunaif keduanya bermaksud mandi, Abdullah bin 'Amir berkata lagi, keduanyapun pergi mencari sesuatu untuk menutupinya. 'Amir pun melepas jubah yang ada wolnya. Saya ('Amir) memandang Sahl. Saat itulah saya menimpakan 'ain pada Sahl. Lalu Sahl turun ke tempat air untuk mandi, dia (Amir) berkata lagi "Kemudian saya mendengar suara terjatuh di tempat air itu. Saya mendatangi tempat air itu dan berteriak memanggil-manggil namanya tiga kali, tidak ada jawaban dari Sahl. Saya ('Amir) menemui Rasulullah dan memberitahukan peristiwa itu. 'Amir bercerita, Rasulullah datang dengan berjalan kaki. Beliau masuk ke mata air itu, sehingga saya bisa melihat putih kedua betisnya. 'Amir berkata, beliau (Rasulullah) memukul dada Sahl dengan tangannya kemudian berdoa "Allahumma adzhib 'anhu harroha wabardaha wa washabaha". 'Amir berkata, Sahl pun bangkit berdiri, lalu Rasulullah berkata: "Jika salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan pada saudaranya atau pada dirinya atau pada hartanya, maka hendaklah dia mendoakan keberkahan bagi yang dilihatnya, karena 'ain itu benar adanya". (HR Hakim)

Dr Muhammad Mahmud Abdullah, beliau seorang dosen Ulumul Qur'an di Universitas Al-Azhar berkata: "Siapa saja yang tertimpa 'ain, maka didoakan dan diruqyah dengan bacaan "Bismillah Allahumma adzhib 'anhu harroha wabardaha wa washobaha" lalu dia berkata, bangunlah dengan izin Allah." (HR. An-Nasa'i dan Al-Hakim)

9. Menggunakan Benda-benda Yang Dibolehkan

Diantara praktek di lapangan yang bermanfaat untuk mengobati 'ain adalah menggunakan benda-benda yang mubah seperti ja'faron dan semisalnya. Seperti yang ditunjukkan oleh sekelompok ulama salaf.

Ibnul Qayyim menjelaskan: Beberapa ulama salaf berpendapat ayat-ayat Al-Qur'an boleh ditulis untuk mengobati 'ain, kemudian diminum. Mujahid berkata: Tidak apa-apa ayat-ayat Al Qur'an ditulis, disiram air, lalu diminum airnya oleh orang yang sakit. Dan yang semisal itu diriwayatkan dari Abu Qilabah. Disebutkan dari Ibnu Abbas, bahwa beliau memerintahkan agar ditulis ayat-ayat Al Qur'an, lalu disiram dengan air, dan airnya diminum oleh wanita yang kesulitan melahirkan. Ayyub berkata, saya melihat Abu Qilabah menulis ayat-ayat Al Qur'an, lalu disiram air, dan airnya diminum orang sakit. (Ath Thibbun Nabawi: 170-171)

10. Menyembunyikan Ketampanan Atau Kecantikan Yang Dimiliki Karena Khawatir Terkena 'Ain

Ibnul Qayyim menjelaskan: Salah satu cara untuk mengobati dan mencegah 'ain adalah dengan menyembunyikan ketampanan dan kecantikan yang dimiliki karena dikhawatirkan bisa terkena 'ain. Cara itu seperti yang disebutkan oleh Imam Al-Baghawi dalam kitab Syarh Assunnah, bahwa Utsman bin Affan melihat bayi yang cantik manis. Beliau kemudian mengatakan "Dassimu nunatuhu agar dia tidak terkena 'ain", kemudian Al-Baghawi menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa makna kalimat "Dassimu" maknanya hitamkanlah, sedangkan makna "Nunatuhu lekuk yang ada di dagu bayi. Jadi maknanya adalah hitamkanlah lekuk dagunya. (Ath-Thibbun Nabawi: 173)

Muhammad Ibnu Muflih berkata: Hendaklah yang memiliki paras yang indah itu dijaga dari 'ain dan hasad dengan cara disamarkan ketampanannya dan kecantikannya. (Al-Adab Asy-Syar'iyyah: 60/3)

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin pernah ditanya tentang ketakutan berlebihan terkena 'ain, dan melarang anak-anak mereka bergaul dengan orang-orang karena khawatir terkena 'ain ? Beliau jawab, tidak harus seperti itu, karena itu hanyalah cara untuk menjauhkan sebab-sebab kejahatan dan bahaya. Telah ada bukti tentang bolehnya menyuruh anak yang tampan dan cantik mengubah penampilan wajahnya karena takut terkena 'ain. Seperti pada sebelumnya telah disampaikan atsar ucapan Utsman Bin Affan yang berbunyi "Dassimu nunatuhu". Ucapan itu bermakna, hitamkanlah oleh kalian belahan dagunya. Cara pencegahan seperti itu adalah sebab yang disyariatkan Allah Azza Wa Jalla berdasarkan firman Allah surat An Nisa ayat 71 dan 102 (tentang kesiap siagaan).
Ayat itu berlaku umum mencakup semua kewaspadaan, termasuk waspada terhadap sesuatu yang bisa membahayakan jiwa dan harta. (Al-Manhal al-Ma'in Fii Haqiqatil Hasadi wal 'Ain: 218-219)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin berkata: Tidak apa-apa melakukan lebih dulu tindakan pencegahan sebelum terjadinya 'ain. Tindakan itu tidaklah meniadakan tawakal, bahkan itu adalah bentuk tawakal. Karena tawakal itu bersandar kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan tetap melakukan sebab-sebab yang dibolehkan atau diperintahkan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam tetap bacakan doa perlindungan untuk Hasan dan Husain. Beliau membacakan:

*أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ*
“U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammah, min kulli syaithonin wa haammah wa min kulli ‘ainin laammah.” lalu beliau berkata "Demikian juga Ibrahim Alaihissalam melindungi Isma'il dan Ishaq. (HR. Al-Bukhari, Shahih Bukhari : 3371)
(Fatawa Al 'Ilaj bil Qur'an wa Assunnah: 41-42)

11. Berbuat Baik Terhadap Orang Yang Bisa Melemparkan 'Ain

Perbuatan Tersebut merupakan suatu hal yang bisa memadamkan api kedengkian yang ada di hati orang yang hasad.

Dr Abdullah Ath-Thayyar dan Syaikh Sami Al-Mubarak berkata: Mengutip perkataan Syaikh bin Baz: Berbuat baik terhadap orang yang menimpakan 'ain sebagaimana perbuatan baiknya seorang yang kaya terhadap orang yang fakir yang merasa terhormat (fakir) jika mendapat perlakuan baik dari seseorang yang kaya. (Fathul Haqqi Al-Mubin Fii Ash-Shor'i wa Ashshihri wal 'ain: 192)

Dikutip dan ditulis ulang oleh : Aguslim R Koto

Sumber :
الدرر البهية في بعض مسا ء نل الر قيه الشر عيه

ابو البراء أسامة بن ياسين المعاني
Syaikh Abu Al Barra Usamah Bin
Yasin Al-Ma'ani

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENJELASAN TERKAIT 'AIN DAN HASAD (Pembahasan 9)"

Post a Comment